Minggu, 29 Maret 2009

Teknologi Pengendalian Penyakit Bulai Tanaman Jagung

Berdasarkan hasil Participatory Rural Appraisal (PRA) di Desa Sinar Tebudak,
permasalahan yang dijumpai pada daerah yang berbasis jagung adalah adanya
serangan penyakit bulai pada tanaman jagung yang disebabkan oleh cendawan
(jamur) Peromusderospore maydis). Penyakit bulai di dua kecamatan yaitu
Sanggau Ledo dan Tujuh Belas banyak menimbulkan gagal panen, sehingga
banyak petani mengubah pola pikir untuk meninggalkan ladang jagungnya
menjadi ladang karet, lada dan sayuran.
Sekitar 60% lahan tanaman jagung beralih fungsi ke tanaman lainnya seperti
tanaman karet dan sayuran. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa
penyebabnya antara lain adanya serangan penyakit bulai, rendahnya harga
jagung (kalah bersaing) dengan komoditas perkebunan seperti karet, lada.
Kerugian akibat serangan penyakit bulai pada tanaman jagung sebanding
dengan penurunan produktivitasnya. Artinya bila serangan bulai mencapai 50%
maka mengakibatkan penurunan produktivitas jagung sebesar 50%.
Hasil tindak lanjut PRA di Desa Simir Tebudak, Kabupaten Bengkayang,
mengidentifikasi permasalahan petani yang sangat mendesak untuk dicarikan
solusinya adalah pengendalian penyakit bulai pada tanaman jagung. Untuk itu
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Barat telah
mengundang Ahli Penyakit Bulai dari Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balit
Serealia) Maros, Sulawesi Selatan untuk melakukan penelitian penyakit bulai
(Dr. Wasmo Wasman) di Kabupaten Bengkayang.


Dari 10 varietas jagung yang diuji ketahanannya, varietas/galur BISI-8-16,
BMD-2 dan BIMA-3 memiliki persentase serangan penyakit bulai yang terendah
yaitu berturut-turut 1,5; 6,5 dan 12,0%. Sedangkan ketujuh varietas jagung
lainnya memiliki persentase serangan penyakit bulai lebih tinggi berkisar antara
18,5-59,5%.
Ternyata pemberian seromil tidak berpengaruh terhadap serangan penyakit
bulai pada tanaman jagung, di mana dengan ditingkatkan pemberian dosis
seromil justru dapat meningkatkan serangan penyakit bulai. Hal ini diduga
pemberian fungisida tidak efektif lagi karena sumber inokulum telah resisten di
samping itu varietas jagung yang ditanam memang memiliki ketahanan yang
sangat rendah terhadap serangan penyakit bulai yaitu varietas Srikandi Putih.
Beberapa penyebab mewabahnya penyakit bulai: 1). Penanaman varietas
jagung rentan bulai; 2). Penanaman jagung berkesinambungan; 3). Efektivitas
fungisida rendah akibat dosis dikurangi atau dipalsukan; 4). Tidak adanya
tindakan eradikasi; 5). Adanya resistensi bulai terhadap fungisida metalaksil;
dan 6). Peningkatan virulensi bulai terhadap tanaman inang jagung.
Tabel 1. Uji Varietas Jagung
terhadap ketahan penyakit bulai
Persentase tanaman terinfeksi penyakit
bulai
Varietas
Fungisida Tanpa
Fungisida
Rata-rata
BISI-8-16 1 2 1,5
BMD-2 7 6 6,5
Bima-3 15 9 12,0
R-01 27 10 18,5
Bisma 29 21 25,0
Sukmaraga 35 35 35,0
N-35 52 21 36,7
NT-10 56 19 37,5
BISI-12 74 41 57,5
Lamuru 85 34 59,5
Tabel 2. Persentase penyakit bulai pada 4
petak perlakuan takaran fungisida seromil
Perlakuan takaran
fungisida
Persentase
serangan seromil
Kontrol 86,57
2,5 gr/kg benih 91,94
5 gr/kg benih 95,83
7,5 gr/kg benih 97,94
Rekomendasi Teknologi
Teknologi yang direkomendasikan untuk pengendalian bulai: a). Menekan
sumber inokulum dengan periode bebas tanaman jagung; b). Penanaman
serempak pada areal luas; c). Menanam varietas jagung tahan bulai dan d).
Eradikasi tanaman jagung terkena bulai.
Komponen pengendalian bulai yang menentukan namun sulit dilakukan yaitu
periode bebas tanam jagung. Penentuan periode bebas tanam jagung perlu
dimusyawarahkan dengan petani jagung agar terjadi kesepakatan bersama
kemudian monitoring perlu dilakukan sebelum penanaman serempak untuk
klarifikasi, penanaman serempak dalam periode 2-4 minggu pada areal luas
juga perlu kesepakatan ada beberapa manfaat periode bebas tanaman jagung
dan penanaman serempak.
Selain itu yang perlu dilakukan adalah: e). Tanaman sumber inokulum tidak ada
lagi; f). Peronosclerospora sp (obligat) mati karena hanya bisa hidup pada
tanaman jagung hidup. Belum diketahui tanaman inang lainnya; g).
Kemungkinan sangat kecil terjadi serangan bulai, lebih-lebih dipadukan dengan
varietas tahan dan eradikasi tanaman terinfeksi dan h). Penyakit bulai dapat
punah di daerah yang melaksanakan periode bebas tanaman jagung.
Demplot
Untuk menyampaikan hasil penelitian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Kalimantan Barat bekerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman
Serealia Maros melakukan temu lapang hasil demplot uji 10 varietas jagung
dan efektivitas fungisida saromil, uji resistensi jamur P.maydis terhadap
fungisida dan evaluasi ketahanan 40 varietas jagung terhadap penyakit bulai
seluas 1 hektar di Desa Sinar Tebudak, Kecamatan Tujuh Belas, Kabupaten
Bengkayang. Penelitian dilaksanakan oleh peneliti BPTP Kalimantan Barat dan
dan peneliti ahli bulai dari Balit Sereal Maros.
Acara temu lapang dihadiri oleh Kepala BPTP Kalimantan Barat, Kepala Kantor
Penyuluhan Terpadu dan Ketahanan Pangan, Wakil Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten Bengkayang, Camat Tujuh Belas, Koordinator Balai Penyuluh
Pertanian Sanggau Ledo, PPL dan petani yang tergabung dalam Gabungan
Kelompok Tani Asri Lestari.
Dalam acara temu lapang tersebut ahli peneliti bulai Dr. Wasmo Wakman
mengatakan penggunaan fungisida seromil saat ini efektif lagi karena sumber
inokulum bulai sudah resisten terhadap fungisida. Walaupun dengan
meningkatkan dosis fungisida, tidak dapat menekan serangan bulai. Beliau
menyarankan dua hal untuk dapat mengendalikan penyakit bulai di
Bengkayang. Yang pertama perlu dibentuk “Tim Eradikasi” di masing-masing
kelompok tani yang bertugas untuk melakukan eradikasi atau pencabutan
tanaman jagung yang terserang bulai. Yang kedua menanam varietas jagung
tahan penyakit bulai. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, untuk saat
sekarang ini varietas jagung yang dianjurkan untuk ditanam adalah varietas
BISI-8-26, BMD-2 dan Bima-3 untuk jagung hibrida dan varietas Lagligo,
Sukmaraga dan Lokal Kalbar untuk jagung bersari bebas.
Azri
Penulis dari BPTP Kalimantan Barat, BBP2TP, Badan Litbang Pertanian
Dimuat dalam Tabloid Sinar Tani, 7 Januari 2009
By : Azri



Tidak ada komentar:

Posting Komentar