Minggu, 22 Maret 2009

Sekam Padi

Sekam Padi Sebagai Sumber Energi Alternatif dalam
Rumah Tangga Petani

Limbah sering diartikan sebagai bahan buangan/bahan sisa dari proses
pengolahan hasil pertanian. Proses penghancuran limbah secara alami
berlangsung lambat, sehingga limbah tidak saja mengganggu lingkungan
sekitarnya tetapi juga mengganggu kesehatan manusia. Pada setiap
penggilingan padi akan selalu kita lihat tumpukan bahkan gunungan sekam yang
semakin lama semakin tinggi. Saat ini pemanfaatan sekam padi tersebut masih
sangat sedikit, sehingga sekam tetap menjadi bahan limbah yang mengganggu
lingkungan.
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari
dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses
penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa
atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat
digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak
dan energi atau bahan bakar.
Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30% dari
bobot gabah. Penggunaan energi sekam bertujuan untuk menekan biaya
pengeluaran untuk bahan bakar bagi rumah tangga petani. Penggunaan Bahan
Bakar Minyak yang harganya terus meningkat akan berpengaruh terhadap biaya
rumah tangga yang harus dikeluarkan setiap harinya.
Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedak
antara 8- 12% dan beras giling antara 50-63,5% data bobot awal gabah. Sekam
dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan problem lingkungan.
Ditinjau data komposisi kimiawi, sekam mengandung beberapa unsur kimia
penting seperti dapat dilihat pada tabel 1. Dengan komposisi kandungan kimia
seperti tersebut pada tabel 1, sekam dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan di antaranya:
(a) sebagai bahan baku pada industri kimia, terutama
kandungan zat kimia furfural yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam
berbagai industri kimia, (b) sebagai bahan
baku pada industri bahan bangunan,
terutama kandungan silika (SiO2 ) yang
dapat digunakan untuk campuran pada
pembuatan semen portland, bahan isolasi,
husk-board dan campuran pada industri
bata merah, (c) sebagai sumber energi
panas pada berbagai keperluan manusia,
kadar selulosa yang cukup tinggi dapat
memberikan pembakaran yang merata dan
stabil.
Sekam memiliki kerapatan jenis (bulk
densil)1 125 kg/m3, dengan nilai kalori 1 kg
sekam sebesar 3300 k. kalori. Menurut
Houston (1972) sekam memiliki bulk density
0,100 g/ ml, nilai kalori antara 3300 -3600 k.
kalori/kg sekam dengan konduktivitas panas
0,271 BTU.
Untuk lebih memudahkan diversifikasi penggunaan sekam, maka sekam perlu
dipadatkan menjadi bentuk yang lebih sederhana, praktis dan tidak voluminous.
Bentuk tersebut adalah arang sekam maupun briket arang sekam. Arang sekam
dapat dengan mudah untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang tidak
berasap dengan nilai kalori yang cukup tinggi. Briket arang sekam mempunyai
manfaat yang lebih luas lagi yaitu di samping sebagai bahan bakar ramah
lingkungan, sebagai media tumbuh tanaman hortikultura khususnya tanaman
bunga.
PROSES PEMBUATAN ARANG SEKAM
1. Sekam merupakan bahan dasar untuk membuat arang sekam dan briket
arang sekar.
2. Membuat bara api dengan kayu kering untuk membuat arang sekam.
3. Setelah membuat bara api kemudian bara api ditutup dengan cerobong
pembuat arang sekam.
4. Kemudian cerobong ditutup dengan sekam kering.
5. Sekam yang sudah sebagian menjadi arang sekam.
6. Arang sekam telah jadi dan siap digunakan untuk pembuatan briket arang
sekam.
PROSES PEMBUATAN
BRIKET ARANG SEKAM
Cara membuat adonan briket arang sekam, dengan ditambahkan air dan perekat
(tanah liat/ tepung kanji).
Cara mencetak briket secara (a) manual dan (b) hidrolik.
Setelah briket jadi selanjutnya dikeringkan dengan sinar matahari.
Setelah briket kerina siap diaunakan untuk berbagai keperluan.
Penggunaan briket untuk tungku/kompor briket arang sekam.
Mahalnya harga briket dikarenakan sistem pencetakannya masih secara manual.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian



Tidak ada komentar:

Posting Komentar